Istanamu
hampir saja roboh. Meski hanya puing-puing genting berjatuhan. Tenang. Masih
ada beberapa peralatan lengkap di dalamnya. Pondasinya remuk. Pecah-pecah dan
kering. Kau tau. Ada yang diam-diam mencuri alat masakmu. Mencuri rasa dan
aneka perabotmu. Lalu yang tersisa hanya hambar di dalamnya.
Dia
mengetuk pintu dan berkata. Dia sedang mencari. Maka aku membiarkannya masuk. Gunakan
alas kaki. Sebelum terluka. Maka ku katakan padanya banyak pecahan piring, kaca
dan guci. Dia bertanya siapa yang memecahkannya. Mungkin saja aku. Tidak. Mungkin
juga kamu. Tapi aku hanya diam memandang pecahan dimana-mana. Ternyata semua
sudah hancur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar